07/03/2015

Joni Ariadinata, Penulis Yang Gemar Puasa Nabi Daud



Nama Joni Ariadinata mungkin tak terdengar heboh seperti penulis-penulis lain seperti Asma Nadia, Tere Liye atau yang lainnya, tapi jangan salah sangka, beliau adalah penulis kesohor yang bersama Taufik Ismail memperkenalkan sastra ke sekolah-sekolah SMA hingga ke pelosok-pelosok daerah melalui programnya Sastrawan Bicara Siswa Bertanya. Lewat cerpennya yang berjudul Lampor, ia berhasil menyabet cerpenis Kompas terbaik tahun 1994. Tahun 1997 ia  meraih penghargaan   Cerpenis  Terbaik  Nasional  BSMI  atas karyanya Keluarga  Mudrika.

Siapa sih Joni Ariadinata itu? 

Beliau lahir di Majalengka tahun 1966. Ia mulai menekuni dunia kepenulisan tahun 1993. Sebelum menjadi penulis, hidupnya berkubang pada masalah ekonomi yang papa. Bahkan, katanya, untuk sekedar menegakkan tulang belakangnya saja ia sempat menjadi penarik becak di kota gudeg. Dari situlah kemudian ia belajar merangkai kata demi kata dan kalimat demi kalimat hingga akhirnya bisa menjadi seperti sekarang ini.

Tak seperti kebanyakan penulis lainnya, Joni Ariadinata tak pernah meninggalkan kebiasaannya menjalankan puasa Nabi Daud a.s. (selanjutnya saya sebut puasa Daud). Konon kebiasaannya ini bermula ketika dia mendapatkan ijazah dari seorang kyai di Joga untuk membiasakan puasa Daud. Setelah terbiasa menjalankan puasa Daud ini kehidupannya perlahan mulai membaik. Melalui cerpennya berjudul Lampor, karirnya sebagai seorang penulis dan sastrawan mulai terbuka lebar. Sampai saat ini karirnya tak pernah meredup, bahkan ia pernah menerima Anugrah Pena 2005 atas kumpulan cerpennya “Malaikat tak Datang Malam Hari", serta Tahun 2007 kumpulan cerpennya itu meraih Hadiah Sastra Pusat Bahasa.

Berikut jejak karir dan karyanya yang saya kutip dari situs goodreads.com.

Karya-karyanya disiarkan di beberapa media massa; di antaranya majalah Horison, Matra, Basis, Jurnal Kebudayaan Kalam, Bahana (Brunei Darussalam), serta harian Kompas, Republika, Media Indonesia, Suara Pembaruan, The Jakarta Post, Pikiran Rakyat, Jawa Pos, Bernas, dan lain sebagainya.

Karyanya dalam bentuk antologi adalah: Lampor (Kompas, 1994), Guru Tarno (Bigraf, 1995), Negeri Bayang Bayang (DKS, 1996), Candramawa (Pustaka Nusatama, 1996), Pistol Perdamaian (Kompas, 1996), Gerbong (Pustaka Pelajar, 1998), Aceh Mendesah dalam Nafasku (KaSUHA, Banda Aceh, 1999), dan Embun Tajjali (AksaraIndonesia, 2000); sedangkan esainya dalam antologi Begini Begini Begitu (Pustaka Pelajar, 1997).

Kumpulan Cerita Pendek tunggalnya, Kali Mati (1999), Kastil Angin Menderu (2000), Air Kaldera (2000), dan Malaikat Tak Datang Malam Hari (2004). Kini menetap di Jogjakarta, menulis dan melukis.




diolah dari berbagai sumber (goodreads.com, sekmenflpsumbar.blogspot.com, raudatulblog.wordpress.com).
  



0 comments:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Post a Comment